RSS
Hello! Welcome to this blog. You can replace this welcome note thru Layout->Edit Html. Hope you like this nice template converted from wordpress to blogger.

Resensi Novel Samurai : Jembatan Musim Gugur



Buku ini merupakan lanjutan dari Samurai: Kastel Awan Burung Gereja (Cloud of Sparrows: An Epic Novel of Japan). Lebih tebal dan lebih kompleks.

Di buku ini berbagai masalah yang menjadi misteri di buku pertama akan terungkap asal mulanya. Misalnya, dari mana para keturunan Klan Okumichi mendapat kemampuan meramal; alasan Lord Shigeru membunuh ayahnya sendiri, Lord Kiyori.; siapakah Lady Shizuka yang selalu muncul dalam mimpi Lord Genji. Dilengkapi pula dengan silsilah Klan Okumichi, yang memudahkan pembaca memahami cerita ini dan membayangkan hubungan antar tokoh.

Buku ini merupakan lanjutan dari Samurai: Kastel Awan Burung Gereja (Cloud of Sparrows: An Epic Novel of Japan). Lebih tebal dan lebih kompleks.

Di buku ini berbagai masalah yang menjadi misteri di buku pertama akan terungkap asal mulanya. Misalnya, dari mana para keturunan Klan Okumichi mendapat kemampuan meramal; alasan Lord Shigeru membunuh ayahnya sendiri, Lord Kiyori.; siapakah Lady Shizuka yang selalu muncul dalam mimpi Lord Genji. Dilengkapi pula dengan silsilah Klan Okumichi, yang memudahkan pembaca memahami cerita ini dan membayangkan hubungan antar tokoh.

Di awal sedikit membingungkan, karena cerita berlompat-lompat waktunya. Dimulai dari tahun 1860, setahun sebelum kedatangan misionaris dari Amerika, kemudian berpindah ke tahun 1311, lompat ke tahun 1867, bahkan sampai tahun 1882, 20 tahun setelah pertempuran di Kuil Mushindo. Banyak kejadian yang tak terduga selama rentang waktu 20 tahun itu.

Dari 6 orang yang selamat dalam pertempuran di Kuil Mushindo, Lord Genji, Hide, Hanako dan Emily Gibson masih tinggal di Jepang, sementara Matthew Stark dan Heiko pergi menuju Amerika. Emily tinggal di Jepang untuk melanjutkan misi misionarisnya dan menterjemahkan perkamen-perkamen kuno yang ada di Kastel Awan Burung Gereja ke dalam bahasa Inggris.

Pada tahun 1867, orang-orang asing sudah masuk ke Jepang. Hal ini menimbulkan gerakan anti-orang asing. Di antaranya adalah Charles Smith dan Robert Farrington yang bersaing memperebutkan Emily. Kimi, gadis kecil di Kuil Mushindo, diangkat jadi Biarawati Kepala Biara Mushindo. Tragedi yang menyebabkan kematian masih banyak terjadi.

Perubahan pola pikir Lord Genji yang agak ‘kebarat-baratan’ membuatnya mempunyai musuh-musuh baru, termasuk dari orang-orang kepercayaannya, para samurai yang masih menganut tradisi kuno, seperti Lord Taro, dan juga orang luar, Lord Saemon, yang tidak lain adalah anak dari Lord Kawamichi yang tewas dalam pertempuran Kuil Mushindo. Dan hal ini juga membahayakan jiwa Emily, yang tidak disukai karena dianggap mempengaruhi junjungan mereka. Beberapa kali terjadi percobaan pembunuhan terhadap Emily.

Tokoh baru yang muncul, antara lain adalah Makoto Stark, anak Matthew Stark yang pergi ke Jepang untuk memperjelas asal-usulnya.

Banyak kejutan tak terduga yang muncul dan menimbulkan konflik baru. Sepanjang buku ini, kita akan dibawa kembali ke masa lalu Lord Genji. Dari awal munculnya Klan Okumichi, dan sejarah keturunannya sampai berakhir pada Lord Genji.

Buku ini lebih kompleks dari buku pertamanya, tapi sedikit lambat karena banyaknya latar belakang yang harus diceritakan. Di buku pertama, cerita bergerak cepat dan tidak banyak ‘maju-mundur’-nya. Intrik-intriknya lebih banyak jadi lebih menegangkan, tapi ada bagian-bagian yang terlalu panjang, jadi agak membosankan, seperti ‘perselisihan’ antara Charles Smith dan Robert Farrington. Lord Genji sendiri, di awal-awal cerita tidak terlalu banyak muncul.

http://djyano.blogspot.com

Resensi Buku Samurai 1 : Kastel Awan Burung Gereja



Buku awal dari Dwilogi ini bercerita tentang Okumichi no kami Genji, seorang Daimyo (Bangsawan Agung) daerah Akaoka di pulau shikoku yang berkuasa sekitar tahun 1860-1895 Masehi. Jaman dimana Jepang sedang dalam masa transisi dari keruntuhan Shogun Tokugawa dan restorasi Kaisar Meiji. Genji yang bertempat tinggal di Edo ibukota shogun (kemudian hari menjadi Tokyo) menerima kedatangan 3 misionaris Kristen yaitu Zephaniah Cromwell, Emily Gibbson dan Matthew Stark. Kedatangan ketiga orang itu dalam lindungan klan Okumichi membawa banyak perubahan dan intrik yang berakibat pada percobaan pembunuhan dan pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya.

Buku awal dari Dwilogi ini bercerita tentang Okumichi no kami Genji, seorang Daimyo (Bangsawan Agung) daerah Akaoka di pulau shikoku yang berkuasa sekitar tahun 1860-1895 Masehi. Jaman dimana Jepang sedang dalam masa transisi dari keruntuhan Shogun Tokugawa dan restorasi Kaisar Meiji. Genji yang bertempat tinggal di Edo ibukota shogun (kemudian hari menjadi Tokyo) menerima kedatangan 3 misionaris Kristen yaitu Zephaniah Cromwell, Emily Gibbson dan Matthew Stark. Kedatangan ketiga orang itu dalam lindungan klan Okumichi membawa banyak perubahan dan intrik yang berakibat pada percobaan pembunuhan dan pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya.

Genji yang hatinya telah terpikat pada Mayanako no Heiko, seorang Geisha termasyhur dari Edo akhirnya harus merelakan kekasihnya pergi ke Amerika karena intrik yang semakin besar dan kemungkinan kebocoran masa lalu Heiko yg merupakan keluara eta (orang buangan). Kematian Cromwell (tunangan Emily) di sisi lain membuat Emily kehilangan pegangan, tapi tekadnya untuk bertahan di Jepang membawanya pada garis kehidupan lain dan sesuai dengan ramalan Okumichi. Stark mantan peduel pistol yang mempunyai niat tersembunyi ke Jepang dengan menumpang misi Kristen Cromwell.

Ramalan merupakan anugerah sekaligus kutukan pada klan Okumichi sejak 600 tahun silam, Lord Genji mampu melihat masa depan begitu juga kakeknya Lord Kiyori dan pamannya Lord Shigeru (seorang samurai yg sehebat Musashi), begitu juga leluhurnya di mana satu pada setiap generasi mampu membaca pertanda jaman.

Masa lalu dan masa depan silih berganti bercerita dan semuanya bermula dari Lady Shizuka (moyang Lord Genji) yang menurunkan kemampuan meramal masa depan pada klan Okumichi.

Buku yang sangat bagus dengan setting sejarah yang kuat pada masa transisi Jepang dan masa akulturasi dengan kebudayaan barat yang sukar untuk dibendung. Rakyat Jepang dipaksa untuk memilih kembali ke tradisi kuat samurai atau melebur dalam kebudayaan barat yang lebih terbuka. Dilema itu diceritakan dengan baik dengan pro dan kontra yang menyelimutinya. Pengkhianatan. kesetiaan, intrik, cinta, harapan dan dilema menjadi bumbu utama cerita.

Matsuoka menggambarkan dengan baik tradisi Jepang yang kaku dan bisa dibilang tidak manusiawi dengan kasta samurai yang merupakan tiang penyangga peradabaan Jepang dengan otoritas hampir tak terbatas pada semua warga dalam daerah kekuasaannya. Masuknya misionaris dan peradaban kristen yang membawa \"angin\" yg berbeda menimbulkan konflik dan intrik yang cukup rumit tapi menarik.

Rahasia turun temurun klan Okumichi yaitu kemampuan meramal masa depan juga merupakan urat nadi cerita di buku ini dan menjadikannya dinamis, dengan gaya bertutur yang mengalir dengan banyak flashback. Akhirnya moral ceritanya adalah Manusia walaupun mengetahui masa depannya, tidak dapat menghindarinya tetapi hanya dapat menyikapi dengan sikap yang semestinya...

http://djyano.blogspot.com
 
Copyright 2009 My Box. All rights reserved.
Free WordPress Themes Presented by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy